A.
PERKEMBANGAN SOSIAL
Bertalian dengan perkembangan social anak,
peranan orang tua sangat penting, terutama dalam mengembangkan keterampilan
bergaul bagi anak. Oleh karena itu selain memberi anak kepercayaan dan
kesempatan, orang tua juga diharapkan dapat memberi perguatan melalui pemberian
ganjaran atau hadiah pada saat anak berprilaku positif. Sebaliknya orang tua
juga berkewajiban memberi hukuman kepada anak apabila anak bertingkah negative atau
melakukan berbagai kesalahan.
1.
Ganjaran atau Hadiah
Ganjaran atau hadiah ialah berbagai
bentuk apresiasi atau penghargaan terhadap suatu prestasi yang telah dicapai
oleh suatu atau sekelompok anak dalam aktifitas tertentu. Pada umumnya hadiah
atau ganjaran diberikan setelah anak mencapai prestasi atau menghasilkan
sesuatu yang dapat dibanggakan baik oleh teman, guru, orang tua, dan dirinya
sendiri.
Terdapat tiga fungsi hadiah yang amat
penting dalam pendidikan, yaitu:
a.
Memiliki nilai pendidikan
Di samping merupakan suatu benda
nyata, hadiah juga mempunyai makna, anak akan
segera mengetahui apabila dia menerima hadiah dari orang tua atau guru,
ia dapat menginteprestasikan bahwa dia telah dapat berbuat baik yang dapat
menyenangkan orang tua dan gurunya.
b.
Memberikan motivasi kepada anak
Fungsi kedua hadiah adalah agar dapat
memberikan motivasi kepada anak untuk mau mengulangi perilaku yang dapat
diterima bahkan dapat ditingkatkan lebih baik lagi. Di samping itu hadiah juga
dapat mendorong anak untuk mendorong anak untuk mencapai prestasi lebih tinggi
lagi.
c.
Memperkuat perilaku
Hadiah yang diberikan kepada anak juga
berfungsi untuk memperkuat perilaku anak yang dapat diterima lingkungannya. Ini
berarti menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri dan pemahaman bahwa sesuatu
yang dilakukan tersebut betul dan diakui kebenarannya oleh lingkungan setempat.
2.
Hukuman
Hukuman
merupakan sanksi fisik maupun psikis terhadap suatu kesalahan atau pelanggaran
yang dilakukan oleh anak dengan sengaja. Dalam hubungan ini sukar menentukan
suatu kesalahan yang dibuat oleh anak kecil, apakah kesalahan atau pelanggaran
tersebut dilakukan dengan sengaja atau tidak.
a.
Fungsi Hukuman
1)
Fungsi Restriktif
Dengan diberikannya suatu hukuman terhadap anak, ini berarti bahwa
pengulangan perilaku yang tidak diharapkan dalam masyarakat tidak akan terjadi
lagi, sebab apabila
seorang anak pernah membuat kesalahan
dan menerima hukuman, maka diharapkan
bahwa pada kesempatan lain dia tidak akan berbuat serupa.
2)
Hukuman sebagai fungsi pendidikan
Tindakan orang tua yang paling utama
adalah memberikan penjelasan kepada anak tentang pemahaman adanya peraturan yang
berkaitan dengan perbuatan salah atau benar. Apa bila anak berbuat salah orang
tua harus segera menegur dan menjelaskan mengapa perbuatan tersebut salah,
selanjutnya diberitahukan bagai mana seharusnya tindakan itu benar.
3. Hukuman sebagai penguat
motivasi
Hukuman yang diberikan kepada anak dapat
berfungsi memperkuat motivasi terutama bertalian dengan perilaku yang bersifat
negative yang tidak diharapkan orang tua maupun gurunya. Sebaiknya pemberian
hukuman disamping dimarahi juga sekaligus diberikan pengarahan atau nasihat
yang dapat merupakan “ hadiah’’ moril dan motivasi bagi anak untuk dapat
berperilaku sesuai yang diharapkan.
b.
Syarat-syarat Hukuman
1.
Sebaiknya
hukuman segera diberikan kepada anak yang membuat kesalahan da mendapat hukuman
2.
diberikan
secara konsisten , dalam arti untuk pelanggaran tertentu telah “ dipersiapkan’’
jenis hukumannya.
3.
hokum
yang diberikan harus bersifat kostruktif. Tujuan pemberian hukuman tersebut
adalah untuk membina dan mengadakan perubahan perilaku anak.
4.
hukuman
yang diberikan bersifat impresional. Hukuman yang diberikan jangan ditujukan
pada pribadi anak, akan tetapi untuk mengubah perilaku anak dengan maksud tidak
mengulangi perbuatan yang salah tersebut dikemudian hari.
5.
dalam
memberi hukuman harus disertai alas an.
6.
hukuman
juga dapat dipergunakan sebagai alat mengembangkan hati nurani anak,
sehinggadapat mengembangkan kontrol dari dalam dirinya sendiri.
7.
hukuman
diberian pada tempat dan waktuyang tepat, sehingga anak tidak merasa malu
terhadap teman atau kelompoknya.
B. PERKEMBANGAN MORAL DAN SIKAP
Beberapa proses pembentukan perilaku
moral dan sikap anak
1.
Imitasi ( Imitasion )
Imitasi berarti peniruan sikap,
cara pandang, serta tingkah laku orang lain yang dilakukan dengan sengaja oleh
anak. Pada umumnya anak mulai mengadakan imitasi atau peniruan sejak usia 3 tahun, yaitu
meniru perilaku orang lain yang ada disekitarnya. Anak perempuan meniru ibunya,
kakak perempuan atau orang lain di rumah, demikian juga anak laki-laki. Menurut
hasil penelitian psikologi, berdasarkan tes psikologi yang diberikan pada anak,
dinyatakan bahwa secara nyata, anak yang menolak orang tuanya memang tidak
meniru perilaku orang tuanya akan tetapi dengan tanpa disadarinyaanak meniru
sikap orang tuanya yang dapat mempengaruhi perilaku anak tersebut.
2. Internalisasi
Internalisasi adalah suatu
proses yang merasuk pada diri seseorang ( anak ) karena pengaruh sosial yang paling mendalam dan
paling langgeng dalam kehidupan orang tersebut.
3. Introvert dan Ekstrovert
Introvert adalah kecenderungan
seseorang menarik diri dari lingkungan sosialnya. Minat, sikap atau keputusan –
keputusan yang diambil selalu
berdasarkan pada perasaan, pemikiran dan pengalamanya sendiri.
Sebaliknya ekstrovert adalah
kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya, sehingga
segala minat, sikap, dan keputusan-keputusan yang diambil lebih banyak
ditentukan oleh orang lain atau berbagai
peristiwa yang terjadi diluar
dirinya.
4.
Kemandirian
Dalam pengertian
umum kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk berdiri sendiri tanpa bantuan
orang lain baik dalam bentuk material maupun moral. Sedangkan pada anak
pengertian kemandirian sering di kaitkan dengan kemampuan anak untuk melakukan
segala sesuatu berdasarkan kekuatan
sendiri tanpa bantuan orang dewasa..
Dasar kemandirian
adalah adanya rasa percaya diri seseorang untuk menghadapi sesuatu dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada anak rasa percaya dira ini selalu
berkembang sesuai dengan bertambahnya usia dan pengalaman serta bimbingan dari
orang dewasa, antara lain guru, orang tua, kakak dan orang lain yang ada disekitarnya.
5. Ketergantungan
Anak usia 6 – 12
tahun karena kebutuhan hidupnya sangat tergantung pada orang tua atau orang
dewasa lain, terutama yang masih ada hubungan keluarga, misalnya kakak kandung,
atau orang lain yang tinggal satu rumah dengannya. Tetepi karena bertambahnya
usia dan perkembangan jasmani rohaninya, ketergantungan tersebut makin
berkurang dan timbulah rasa ingin mandiri.
Ketergantungan
atau overdependency, ditandai dengan perilaku anak yang bersifat ’’ke
kanak-kanakan ’’ perilakunya tidak sesuai dengan anak lain yang sebaya usianya.
6.
Bakat
Bakat atau aptitude merupakan
potensi dalam diri seseorang yang dengan adanya rangsangan tertentu
memungkinkan orang tersebut dapat mencapai sesuatu tingkat kecakapan,
pengetahuan dan keterampilan khusus yang sering kali melebihi orang lain.
Misalnya seseorang yang memiliki bakat menulis sehingga dapat menyusun berbagai
cerita yang menarik.
Menurut ilmu pengetahuan
terdapat dua jenis bakat yang dimiliki dan dapat dikembangkan, yaitu :
a.
Bkat yang bertalian dengan kemahiran atau kemampuan
mengenai sesuatu bidang pekerjaan khusus. Contonya : berdagang, menulis dll
b.
Bakat yang diperlukan untuk berhasil dalam tipe
pendidikan khusus, misalnya bakat melihat ruang ( dimensi ) yang diperlukan
oleh orang arsitek. Bakat semacam ini disebut juga scholastic aptitude
No comments:
Post a Comment