PENGERTIAN PENDIDIK
Dalam
pengertian yang sederhana, pendidik adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik, sedangkan dalam pandangan masyarakat adalah
orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di
lembaga pendidikan formal (Sekolah atau institusi pendidikan dengan kurikulum
yang jelas dan terakreditasi), tetapi bisa juga di lembaga pendidikan non
formal (Lembaga Pendidikan Ketrampilan, Kursus, di mesjid, di surau/musala, di
gereja, di rumah, dan sebagainya).
Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Pasal
39 (2) menjelas bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan. Sementara itu sebutan pendidik dengan
kualifikasi dosen merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan
dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Tenaga pendidik meliputi guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. (UU No. 20 tahun 2003 pasal 1).
GURU SD SEBAGAI PENDIDIK
Sebagai pendidik, sebenarnya banyak peran yang harus diemban oleh
guru. Antara lain seperti yang dikemukakan oleh Abin Syamsuddin (2003)
dalam pengertian pendidikan secara luas, yaitu guru berperan sebagai:
Pemelihara sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan;
- Pengembang sistem nilai ilmu pengetahuan;
- Penerus sistem-sistem nilai kepada siswa;
- Penterjemah sistem-sistem nilai melalui penjelmaan sikap pribadi dan perilakunya, dalam proses interaksi dengan siswa;
- Penyelenggara terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral (kepada siswa dan Tuhan Yang Maha Esa)
PERAN GURU
Secara sederhana, peran guru sebagai pendidik adalah membimbing,
mengajar, dan melatih (Wardani, 2007). Simak apa yang dikemukakan oleh
Wardani berikut ini:
Peran sebagai pembimbing
Untuk menjadi sosok pembimbing, guru harus mampu menjadi panutan yang dapat digugu dan ditiru oleh siswanya. Jika guru telah mampu menunjukkan contoh teladan yang baik bagi siswa maka tugas membimbing akan lebih mudah dilakukan. Sebagai pembimbing, guru dituntut agar memiliki kemampuan profesional dalam menguasai dan melaksanakan teknik-teknik bimbingan.
Peran sebagai pengajar
Peran sebagai pengajar adalah yang paling populer bagi seorang guru. Bahkan jika seorang guru bertemu dengan rekannya sesama guru maka petanyaan yang diajukan untuk mengetahui tempatnya bertugas adalah “Bapak/Ibu mengajar dimana?” atau mungkin “Bapak/Ibu mengajar kelas berapa?” Dalam melaksanakan perannya sebagai pengajar, guru SD sebagai guru kelas harus memiliki kemampuan mengajarkan semua mata pelajaran di SD (kecuali Pendidikan Agama dan Penjaskes) dan hal-hal lain yang berkaitan dengan mengajar.
Peran sebagai pelatih Peran guru SD yang utama adalah sebagai pengajar yang mendidik. Peran sebagai pelatih biasanya tidak terlalu dituntut, karena peran tersebut lebih banyak dilakukan oleh guru dengan siswa yang telah dewasa. Siswa SD lebih banyak memerlukan bimbingan dan pengajaran dari guru.
KESALAHAN YANG SERING DILAKUKAN OLEH GURU
Guru SD sebagai pendidik memiliki berbagai peran yang sangat mendukung bagi perkembangan kognitif afektif serta motorik anak. Namun sekarang ini masih banyak kenyataan yang sangat tidak relevan dengan peran guru tersebut. Hal ini diakibatkan karena kebiasaan yang buruk dan tidak segera dievaluasi dan direfleksikan oleh guru tersebut. Hal ini sangat fatal bagi siswa SD tersebut sebagai objek pendidikan jika tidak segera diperbaiki, antara lain guru :
1. Meninggalkan kelas saat siswa diberikan tugas
2. Pura-pura tidak mendengar Bel masuk atau jam istirahat berbunyi
3. Tidak ada pengawasan saat anak istirahat
4. Kurangnya pendekatan yang intensif terhadap masalah-masalah yang dihadapi siswa
5. Metode Pembelajaran monoton
6. Adanya tunjangan sertifikasi beserta birokrasinya yang membuat konsentrasi guru berubah fungsi sehingga siswa-siswi menjadi anak yang ditirikan
7-dst Mungkin masih banyak lagi.
Silahkan di renungkan dan direfleksi dalam Bapak/Ibu guru sekalian, karena sebenarnya tugas dan tanggungjawab anda adalah "MULIA".
Untuk menjadi sosok pembimbing, guru harus mampu menjadi panutan yang dapat digugu dan ditiru oleh siswanya. Jika guru telah mampu menunjukkan contoh teladan yang baik bagi siswa maka tugas membimbing akan lebih mudah dilakukan. Sebagai pembimbing, guru dituntut agar memiliki kemampuan profesional dalam menguasai dan melaksanakan teknik-teknik bimbingan.
Peran sebagai pengajar
Peran sebagai pengajar adalah yang paling populer bagi seorang guru. Bahkan jika seorang guru bertemu dengan rekannya sesama guru maka petanyaan yang diajukan untuk mengetahui tempatnya bertugas adalah “Bapak/Ibu mengajar dimana?” atau mungkin “Bapak/Ibu mengajar kelas berapa?” Dalam melaksanakan perannya sebagai pengajar, guru SD sebagai guru kelas harus memiliki kemampuan mengajarkan semua mata pelajaran di SD (kecuali Pendidikan Agama dan Penjaskes) dan hal-hal lain yang berkaitan dengan mengajar.
Peran sebagai pelatih Peran guru SD yang utama adalah sebagai pengajar yang mendidik. Peran sebagai pelatih biasanya tidak terlalu dituntut, karena peran tersebut lebih banyak dilakukan oleh guru dengan siswa yang telah dewasa. Siswa SD lebih banyak memerlukan bimbingan dan pengajaran dari guru.
KESALAHAN YANG SERING DILAKUKAN OLEH GURU
Guru SD sebagai pendidik memiliki berbagai peran yang sangat mendukung bagi perkembangan kognitif afektif serta motorik anak. Namun sekarang ini masih banyak kenyataan yang sangat tidak relevan dengan peran guru tersebut. Hal ini diakibatkan karena kebiasaan yang buruk dan tidak segera dievaluasi dan direfleksikan oleh guru tersebut. Hal ini sangat fatal bagi siswa SD tersebut sebagai objek pendidikan jika tidak segera diperbaiki, antara lain guru :
1. Meninggalkan kelas saat siswa diberikan tugas
2. Pura-pura tidak mendengar Bel masuk atau jam istirahat berbunyi
3. Tidak ada pengawasan saat anak istirahat
4. Kurangnya pendekatan yang intensif terhadap masalah-masalah yang dihadapi siswa
5. Metode Pembelajaran monoton
6. Adanya tunjangan sertifikasi beserta birokrasinya yang membuat konsentrasi guru berubah fungsi sehingga siswa-siswi menjadi anak yang ditirikan
7-dst Mungkin masih banyak lagi.
Silahkan di renungkan dan direfleksi dalam Bapak/Ibu guru sekalian, karena sebenarnya tugas dan tanggungjawab anda adalah "MULIA".
No comments:
Post a Comment