Tuesday, June 26, 2012

MODEL KURIKULUM ABAD KE-21



A.    PERSPEKTIF GLOBAL DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi, telah menyebabkan dunia ini semakin mengecil dan membentuk seperti sebuah desa dunia. Sehingga terasa tanpa batas atau disebut globalisasi. Pada modul yang lalu sedikit gambaran mengenai globalisasi yang diartikan sebagai suatu proses perubahan antar negara, antar bangsa dan antar budaya tanpa mengenal batas geosiosial politik atau geanasional idiologis. Seluruh dunia menjadi satu dan saling berkaitan dengan erat tanpa mengenal batas-batas yang jelas, apapun sifat batas-batas terseut. Selain itu, globalisasi menyangkut kesadaran bahwa dunia ini adalah suatu tempat, milik besama umat manusia. Dunia ini merupakan seuah lingkungan yang terbangun secara berkelanjutan, atau sebagai suatu proses dimana hambatan-hambatan geografis berkaitan dengan peraturan-peraturan sosial dan budaya semakin surut. Untuk itu diperlukan upaya-upaya untuk  mempersiapkan para siswa sekolah dasar sejak dini guna memasuki zaman global yang menuntut kemampuan-kemampuan khusus. Yang nantinya akan menjadi pelaku-pelaku utama pada zaman yang penuh dengan persaingan tersebut. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiba para guru untuk memberikan bekal kepada mereka agar bisa hidup (survei) di masa itu. Salah satu upaya untuk mempersiapkan sisiwa memasuki zaman global tersebut , yaitu dengan mengembangkan kurikulum sekolah dasar yang memuat perspektif global.
Ide mengenai perspektif global ini bermula dari negara Amerik Serikat sejak tahun 1950-an, dan perkembangannnya sangat pesat terjadi pada tahun 1970-an dimana perspektif global harus diajarkan di sekolah-sekolah di SD. Sebenarnya, perspektif global ini merupakan bagian dari ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran sebagai warga negara dunia yang berpartisipasi secara aktif.
Dalam kegiatan pengembangan kurikulum sekolah dasar, ide tentang perspektif globa ini dimunculkan untuk memberikan wawasan kepada para sisiwa dalam menghadapi kehidupan di masa mendatang yang diwarnai dengan adanya kemajuan-kemajuan dalam bidang teknologi informasi yang menyebabkan dunia ini mengecil cakupannya membentuk sebuah desa dunia. Pengaruh kemajuan teknologi informasi dan transportasi saat ini memungkinkan orang bisa saling berkomunikasi kapan saja dan dengan siapa saja, misalnya melalui telepon dan surat elektronik (email) kita dapat pula mengetahui peristiwa di belahan dunia mana saja hanya dengan menonton siaran televisi.
Kurikulum yang bercorak perspektifglobal adalah kurikulm yang juga memuat wawasan global, bukan hanya nasinal ataupun lokal. Kurikulum tersebut haus mampu membawa siswa untuk berpikir global dalam arti siswa mampu mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dan informasi terseut dapat digunakan sebagai pajangan yang mengarahkan mereka menjadi warga negara yang produktif dan menjadi insan yang mempunyai kepedulian sosial terhadap orang lain di sekitarnya mampu bekerja sama, saling ketergantungan secara  harmonis.


B.     MODEL-MODEL KURIKULUM UNTUK ABAD KE-21
Dalam dunia pendidikan kita dewasa ini, perlu dikaji beberapa kemungkinanan modal kurikulum yang bisa diterapkan di sekolah dasar sebagai upaya untuk mencari pendekatan pemecahan masalah pendidikan, khususnya masalah pengembangan kurikulum sekolah dasar yang lebih cocok diterapkan pada era sekarang dan masa datang. Di sini kita akan diperkenalkan dengan tiga model kurikulum yang bisa diterapkan di sekolah dasar masa depan. Agar kita dapat memutuskan model kurikulum mana yang cocok diterapkan disekolah dasar tempat anda bertugas.
1.      Model kurikulum berbasis kompetensi
Model kurikulum berbasis kompetensi sebenarnya sudah berkembang sejak lama dan merupakan pengaruh daari munculnya pendidikan berdasarkan kompetensi yang menekankan pada pengembangankemampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performans yang telah ditetapkan. Pada tahun 1970-an konsep pendidikan berdasarkan kopetensi (PBK) atau campetency-based education (CBE) mulai banyak digunakan di dunia pendidikan.
Model kurikulum yang diterapkan dalam proses pendidikan di negara kita pada semua jenjang pendidikan, yaitu kurikulum KBK. Model kurikulum tersebut dibutuhkan di masa mendatang dengan harapan akan mampu membekali para siswa dalam menghadapi tantangan hidupnya di kemudian hari secara mandiri, cerdas kritis, rasinal dan kreatif. Kompetensi-kompetensi yang dikembangkan dalam kurikulum tersebut diarahkan untuk memberikan bekal keterampilan hidup di era globalisasi yang penuh dengan perubahan, pertentangan, ketidakmenentuan, ketidak pastian dan kerumitan –kerumitan dalam kehidupan.

2.      Model kurikulum berbasis masyarakat
Pendidikan pada dasarnya merupakan upaya mengembangkan manusia yang memiliki karakteristik dan sifat-sifat yang diperlukan baik oleh dirinya sebagai pribadi maupun oleh masyarakatnya. Menurut S. Hamid Hasan (2000) mengatakan bahwa pemahaman dan proses pengembangan diri di kelas, lingkungan sekolah dan lingkungan lainnya sangat ditentukan oleh pengetahuan dan kepribadian dasar yang terbentuk oleh budaya yang ada dilingkungan masyarakat di mana siswa itu berada.
Salah satu ciri masyarakat adalah selalu berkembang, perkembangan masyarakat dipengaruhi oleh falsafah hidup, nnilai-nilai iptek, dan kebutuhan yang ada dalam masyarakat untuk terciptanya proses pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat maka diperlukan rancangan berupa kurikulum yang landasan pengembangannya memperhatikan faktor perkembangan masyarakat.
Kurikulum berbasis masyarakat bisa dikembangkan  baik dalam lingkup nasinal, regional, maupun lingkup lokal oleh guru di sekolah. Apabila kurikulum itu dikembangkan oleh guru tanpa kaitan dengan kurikulum manapun, maka guru tersebut melakukan pendekatan pengembagnan kurikulum yang bersifat grass-root. Ciri utama kurikulum berbasis masyarakat yaitu keterkaitan berbagai komponen kurikulum dengan berbagai aspek dan dimensi kehidupan masyarakat, baik dalam bentuk kurikulum sebagai dokumen/rencana tertulis maupun dalam bentuk proses pembelajarannya. Tujuan yang ingin dicapai kurikulum, yaitu manusia yang memiliki kualitas yang diperlukan untuk pelestarian dan pengembangan kehidupan masyarakat.
Dalam satu tulisan yang cuku monumental, John D. MC. Neil (1990) mengemukakan model kurikulum yang lebih memusatkan perhatiannya pada problem-problem yang dihadapi siswa dalam masyarakat, model kurikulum terseubt dinamakan model kurikulum rekonstruksi sosial (social reconstruksional)

3.      Model Kurikulum Konstruktivistik
Model kurikulum ini dilatarbelakangi oleh munculnya filsafat pengetauhan yang banyak mempengaruhi perkembangan pendidikan (terutama sains dan matematika) yaitu filsafat konstruktivisme. Aliran filsafat ini menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi (buatan) manusia. Dalam filsafat konstruktuivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer bigut saja dari seorang kepada yang lainnya, tetapi harus diinterprestasikan sendiri oleh masing-masing orang. Setiap orang harus mengkonstruksi pengetahuannya masing-masing orang dan setiap orang harus mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus.
Dalam proses itu keaktifan seseorang yang ingin tahu amat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Pengetahuan tidak lepas dari subjek yang sedang belajar, pengetauhan lebih dianggap sebagai proses pembentukan (konstruksi_ yang terus menerus, berkembang dan berubah. Teori yang dulu dianggap sudah kuat an tetap, bisa saja berubah karena tidak lagi dapat memberikan penjelasan yang memadai.
Menurut Driver dan Belll (Suparna, 1997), ilmu pengetahuan bukanlah hanya kumpulan hukum atau daftar fakta, tetapi merupakan ciptaan pikiran manusia dengan semua gagasan dakonsepnya yang ditemukan secar abebas dalam kurikulum ini kurikulum bukan kumpulan bahan yang sudah ditentukan sebelumnya untuk diajarkan, melainkan lebih sebagai suatu persoalan yang perlu dipecahkan oleh para siswa untuk lebih dimengerti.

Hubungan Penguasaan Materi Dan Kemampuan Mengajar


Mutu pendidikan sedikit banyak bergantung pada keadaan gurunya. Guru adalah factor penentu keberhasilan belajar disamping alat, fasilitas sarana dan kemampuan siswa itu sendiri, termasuk partisipasi orang tua dan masyarakat.

A.    PENGUSAAN MATERI
Salah satu komponen kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai seorang professional adalah menguasai bahan pelajaran serta konsep-konsep dasar keilmuanya (DEPDIKBUD, 1980).

Ada dua cara memandang  materi atau bahan ajar, yaitu pertama dari isi bahan ajar dan keud adari sudut cara pengorganisasian  bahan ajarnya.

Dilihat dari isi materi, bahan ajar dapat digolongkan kedalam enam jenis, sebagai berikut :
  1. Fakta
  2. Konsep
  3. Perinsip
  4. Keterampilan
  5. Pemecahan Masalah
  6. Proses
Jenis bahan setudi berdasarkan cara pengorganisasiannya terbagi kedalam empat jenis, sebagai berikut :
  1. Bahan bidang setudi linier
Karakter bahan bidang studi linier disusun secara berurutan dari yang mudah kepada yang sukar atau dari yang sederhana kepada yang kompleks.
  1. Bahan bidang studi kumulatif
Bahan bidang ini tidak disusun dalam serangkaiaan tingkatan yang berisi seperti pada bahan bidang studi linier. Pendekatan metodologisnya adalah  child-centered, yaitu pengajaran itu seluruhnya berpusat pada kebutuhan, minat dan perhatian siswa.
  1. Bahan bidang studi praktikal
Pendekatan untuk mempelajari bidang studi praktikal adalah dengan Drill atau pelatihan.
  1. Bahan bidang studi eksperensial
Bahan bidang studi eksperensial tidak terbatas pada bidang studi keterampilan kejuruan, tetapi juga terdapat pada bidang studi IPA dan sejenisnya.

Untuk memudahkan anda dalam mengajarkan jenis materi ini, anda perlu mengetahui bagaimana cara memilih bahan sesuai dengan perkembanganya, adapun alas an pengembangan dalam pemilihan bahan ajar adalah sebagai berikut.
  1. Bahan bidang studi itu harus diseleksi dan disesuaikan dengan kebutuhan. Cara memilihnya dilakukan dengan cermat dan mengunakan kriteria  tertentu.
  2. Bahan  bidang studi yang tidak relevan dengan kebutuhan diganti dengan yang baru. Pergantian ini dilakukan atas dasar perkembangan pengetahuan dan teknologi. Bahan bidang studi ini bersifat fundamental dan terbaru.
  3. Bahan bidang studi yang makin bertambah harus dipelajari melalui berbagai media komunikasi. Media dengar, media lihat dan media gerak perlu diperluas. Proses belajar tidak terbatas diruang kelas, tetapi juga diluar kelas, bahkan sampai diluar sekolah.
  4. Bahan bidang studi yang makin bertambah itu dipelajari melalui berbagai pendekatan metode penyampaian pelajaran maupun media pembelajaran yang digunakan.



Untuk itu ada beberapa cara dalam menyampaikan bahan bidang studi, antara lain  sebagai berikut :
  1. Menganti bahan bidang studi yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan bahan bidang studi baru.
  2. Mengembangkan sistem pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak.
  3. Menerapkan  prinsip belajar moderen seperti cara-cara belajar siswa aktif.
  4. memilih dan mengunakan metode dan media yang bervariasi.

Untuk lebih dalam penguasaan anda terhadap bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa, sebaiknya anda perlu mengetahui beberapa Kriteria di dalam memilih bahan bidang studi antara lain sebagai berikut.
  1. Bahan bidang studi yang diajarkan adalah bersifat fundamental. Bahan bidang  studi ini adalah paling mendasar dan untuk diajarkan dan perlu dikuasai oleh setiap anak.
  2. Bahan bidang studi yang hangat (current event). Hal-hal yang terjadi di masyarakat, seperti usaha penggalangan gerakan keluarga berencana atau pelestarian lingkungan hidup, dapat dijadikan bahan untuk dimasukan ke dalam bidang studi yang diajarkan di sekolah.
  3. Bahan bidang studi yang selalu dihadapi berulang-ulang oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari (Personal life situation).
  4. Bahan bidang studi yang mengandung unsur pemecahan masalah.
  5. Bahan  bidang studi yang praktis, artinya bahan yang dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari.


B.     KEMAMPUAN MENGAJAR
Dalam menentukan metode belajar mengajar yang akan dipakai, terlebih dahulu anda perlu mempertanyakan hal-hal sebagai berikut.
  1. apakah yang sepatutnya dijelaskan agar siswa mengetahui materi/bahan ajar yang berupa konsep, teori dan lain-lain?
  2. Tingkah laku apa yang diharapkan dapat dikuasai pada siswa dalam pelajaran ini?
  3. Bahan bidang studi atau pokok bahasan apa yang harus dipelajari siswa agar pembelajaran tercapai?
  4. Mettode apa yang paling cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran?


Untuk memperoleh keterampilan ini dapat anda lakukan dengan cara sebagai berikut.
  1. Latihan menganalisis tugas-tugas belajar
  2. Latihan merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran umum yang berpusat pada hasil belajar yang diharapkan.
  3. Latihan menentukan indicator-indikator tingkah laku yang spesifik dari kata kerja yang dipakai oleh tujuan pembelajaran umum.
  4. Latihan memilih indicator-indikator yang sesuai  dengan tingkatan kemampuan siswa.
  5. Latihan meneruskan tujuan pembelajaran khusus pada indicator-indikator terpilih.


C.    MENGENAL DAN MAMPU  MENGUNAKAN METODE MENGAJAR
Mengenal dan sanggup mengunakan metode mengajar adalah kemampuan dasar guru yang paling utama dalam meraih suskses disekolah. Dari penelitian mengenai pelaksanaan kurikulum SD 1975 diperoleh informasi bahwa guru hanya menguasai bidang studi tanpa mengenal metode mengajar, akan kurang berhasil dan membosankan dalam mengajar.
Dari uraian diatas, dapat kita kaitkan hubungan antara penguasaan materi ajar dengan kemampuan mengajar sebagi berikut.
  1. Penguasaan materi menjadi landasan pokok seorang guru untuk memiliki kemampuan mengajar.
  2. Guru yang memiliki wawasan yang mendalam terhadap materi ajar akan lebih yakin didalam merumuskan tujuan belajar mengajar di kelas.
  3. Guru yang sudah menguasai betul materi ajar yang akan disampaikan kepada siswa akan berusaha memperhatikan kebutuhan  dan kemampuan yang dihadapinya dengan lebih bijaksana.
  4. Guru yang menguasai materi dengan baik senantiasa mencoba berbagai metode untuk diterapkan sesuai dengan perkembangan situasi di kelas dan tidak terlalu terikat  dengan patokan persiapan mengajar yang sudah dirimuskan sebelum memasuki kelas.
  5. guru yang menguasai betul materi ajar akan lebih kretif dan iniviatif dalam menyampaikan materi ajarnya.

Progresivisme dan esensialisme



  1. PROGRESIVISME
  1. Latar Belakang
Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang dilakukan oleh suatu perkumpulan yang dilandaskan konsep – konsep filsafat tertentu, dan sangat berpengaruh dalam pendidikan bangsa amerika pada permulaan abad kedua puluh. Perkumpulan pendidikan Progresivisme ( the progressivisme education association ) didirikan pada tahun 1918, selama dua puluh tahun lebih Progresivisme merupakan “ jiwa” yang merasuki pendidikan bangsa Amerika.
Progresivisme memberikan perlawanan terhadap formalisme yang berlebihan dan membosankan dari sekolah atau pendidikan yang tradisional. Progresivisme anti terhadap otoritarianisme danabsolutisme dalam berbagai bidang kehidupan, terutama dalam bidang kehidupana agama, moral, sosial, politik dan ilmu pengetahuan. Karena itu progresivisme menyampaikan seruan pada para guru “ We all desire progress and hope for progress ran high immediately after the first world war “. Progresivisme melancarkan suatu gerakan untuk perubahan sosial dan budaya dengan penekanan pada perkembangan individual danmencakup cita – cita, seperti cooperation, yaitu kerja sama dalam berbagai aspek kehidupan, sharing yaitu berbagai peran dan turut ambil bagian dalam berbagai kegiatan, dan adjustment yaitu fleksibel untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi. Sebab itu progresivisme makin populer, banyak guru di Amerika pada saat itu menjadi pendukungnya.
Pada awal tahun 1944 the Progresivisme Education Association diusulkan untuk berubah nama menjadi The American Educatoin Fellowship. Progresivisme mengalami kemunduran setelah Uni Soviet meluncurkan Sputnik. Namun demikian, gerakan ini tidaklah mati sebab masih terus dilanjutkan melalui kerja individual oleh para pendukungnya seperti dilakukan oleh, George Axtelle, William O Stanley, Ernest Bayles, Lawrence G Thomas dan Frederich C Neff.

  1. filsafat pendukung yang melandasi
Progresivisme didukung atau dilandasi oleh filsafat Pragmatisme dari John Dewey ( 1859 – 1952 ). Dewey memang merupakan orang yang paling dikenal mempengaruhi danberperan dalam rangka pendirian serta perkembangan progresivisme. Konsep – konsep yang melandasi Progresivisme bahkan berasal dari para filsuf yagn hidup pada zaman Yunani Kuno dan para filsuf lainya yang hidup kemudian sepeti, Heraklitos ( 536 – 470 SM ), Socrates ( 470 – 399 SM ), Phitagoras ( 480 – 410 SM ), W. James ( 1842 – 1910 ), Francis Bacon ( 1561 – 1626 ), Jean Jacques Rousseau ( 1712 – 1778 ), Immanuel Kant ( 1724 – 1804 ), Hegel ( 1770 – 1831 ). Selain iut tokoh – tokoh pelopor bangsa Amerika seperti Benjamin Franklin, Thomas Paine dan Thomas Jefferson pun telah memperngaruhi perkembangan Progresivisme.

  1. pandangan otologi
  1. Evolusionistis dan pluralistis
Progresivisme bersifat anti metafisika. Alam semesta yang disebut dunia memangdiakui adanya sebagai suatu realita, tetapi halini tidak dipandang sebagai suatu yang bersifat substansial. Ralita tidak ditafsirkan sebagai spirit atau ide atau atom atau tanah yang tergolong ke dalam doktrin metafisika, melainkan ditafsirkan sebagai suatu kenyataan di mana manusia berada, hidup dan proses kehidupan terus berlangsung. Progresivisme memandang eksistensi alam atau dunia dari sudut prosesnya. Sejalan dengan ini menurut Progresivisme tidak ada realitas yang umum, yagn ada hanyalah realitas khusus atau individual. Realitas tersebut diyakini tidak menetap alias selalu dalam proses perubahan. Implikasinya, realitas tidaklah kekal, tidak lengkap, dan tidak mempunyai kepastian. Realitas pada dasarnya pluralistis dan karena terus berubah maka ia memiliki akhir dalam proses perubahannya sendiri.

  1. manusia
progresivisme memandang manusia sebagai subjek yang bebas dan memiliki potensi inteligensi ( akal dan kecerdasan ) sebagai instrumnen untuk mampu menghadapi dan memecahkan berbagai masalah sehingga  ia memiliki kemampuan untuk menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya yang multikompleks, berubah dan berkembang. Intelegensi adalah alat untuk hidup, untuk kesejahteraan, untuk mengembangkan kepribadian manusia.
Manusiaberinteraksi dengan lingkungannya, keduanya saling mempengaruhi dalam proses perubahan, perkembangan. Dalam evolusinya manusia harus berjuang untuk tetap survive.

  1. pengalaman sebagai realitas
  pengalaman adalah ciri dinamikahidup, sedangkan hidup adalah perjuangan pula, tindakan dan perbuatan oleh sebab itu maka pengalaman adalah perjuangan pula. Manusia sebagaimana juga makhluk –makhluk lain, akan tetap hidup dan berkembang jika ia mampu berjuang mengatasi tantangan dan masalah yang datang silih berganti dalam proses perubahan yang terus terjadi. Asas ontologi ini jelas didasarkan atas pengalaman karena itu jelas bersumber dari teori evolusi.
Pengalaman manusia mempunyai empat karateristik yaitu :
  1. pengalaman itu spatial : pengalaman selalu terjadi di suatu tempat tertentu dalam lingkungan hidup manusia.
  2. pengalaman itu temporal : sebagaimana alam, kebudayaan, pengalaman pun selalu mengalami perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu.
  3. pengalaman itu dinamis : hidup selalu dinamis menuntut adaptasi dan readaptasi dalam semua variasi perubahan yang terjadi terus – menerus. Realita itu menuntut tindakan – tindakan dinamis yang bersifat alternatif – alternatif.
  4. pengalaman itu pluralistis :  pengalaman itu terjadi selua adanya hubungan dan antaraksi dalammana individu terlibat. Demikian pula subjek yang mengalami pengalaman itu, menangkapnya dengan seluruh kepribadiannya dengan rasa, karsa, pikiran dan panca indranya masing – masing sehingga pengalaman itu memang bersifat pluralistis.

  1. pengalaman dan pikiran
manusia memiliki fungsi – fungsi jiwa yang dikenal sebagai pikiran ( mind ) sehingga ia mempunyai berbagai potensi intelegensi, sepeti kecerdasan, kemampuan mengingat, imajinasi, memnuat lambang atau simbol – simbol, menghubung – hubungkan, merumuskan, memecahkan masalah, membuat gambaran masa depan. Semua itu memberikan kemungkinan ia dapat berkomunikasi atauberhubungandengan orang lain dan lingkungan lain yang lebih luas.
Pikiran bukan suatu entity tersendiri, demikian pula pengalaman, melainkan terintegrasi dalam kepribadian.  Terdapat kesatuan pikiran dengan pengalaman,adapun satunya pikiran dengan pengalaman adalah dalam perbuatan praktis.

  1. pandangan epistemologi
  1. sumber pengetahuan
progresivisme mengajarkan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melaui pengalaman dimana manusia kontak langsung dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya atau juga melaui pengalaman secara tidak langsung.
Proses memperolehtahu dalam pengalaman manusia dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu immediate – experience dan mediate – experience. immediate – experience yaitu ketika seorang memperoleh tahu dalam keadaan relaks, tenang, tanpa beban psikologis. Sedangkan   mediate – experience yaitu ketika seorang menjebatani antara keadaan kehilangan keseimbangan karena adanya masalah dengan adanya keseimbangan karena terpecahnya masalah.

Warga Negara Yang Bertangungjawab



A.    Pengertian Tanggung Jawab
Sebelum membahas tentang apa sajakah karakteristik warga negara yang bertanggungjwab, terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian tanggungjwab. Ridwan Halim (1988) mendefinisikan tanggungjwab sebagai suatu akibat lebih lanjut dari Pelaksnaaan Peranan, baik peranan itu merupakan hak maupun kewajiban ataupun kekuasaan
Purbacaraka (1988) berpendapat bahwa tanggungjwab bersumber atau lahir atas penggunaan fasilitas dalam penerapan kemampuan tiap orang untuk menggunakan hak atau / dan melaksanakan kewajibannya.
Berdasarkan pengertian tanggungjawab sebagaimana dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa tangungjawab itu erat kaitannya dengan baik dan kewajiban serta kekuasaan. Dalam menggunakan haknya, setiap warga negara harus memperhatikan beberapa aspek, sebagai berikut :
  1. Aspek kekuatan, yaitu kekuasaan atau wewenang untuk melaksananak nhak tersebut
  2. Aspek perundangan hukum (proteksi hukum) yang melegalisir atau mensahkan aspek kekuasaan atau wewenang yang memberi kekuatan bagi Pemegang hak mutlak untuk menggunakan haknya tersebut.
  3. Aspek pembatasan hukum (restriksi hukum) yang membatasi dan menjaga jangan sampai terjadi penggunaan hak oleh suatu pihak yang melampui batas (kelayakan dan kepantasan) sehingga menimbulkan akibat kerugian bagi pihak lain (Ridwan haloim 1988:178)
Berdasarkan uraian di atas maka hak yang kita miliki dalam Pneggunaannya harus memperhatikan atau mempertimbangkan hak orang lain juga.
Dalam melaksanakan kewajiban maka aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
  1. Aspek kemungkinan dalam arti kelogisan bahwa pihak yang berkewajiban sungguh mungkin dan mampun untuk dapat mengemban kewajibannya dengan sebagaimana mestinya.
  2. Aspek perlindungan hukum yangmelegalisir atau mensahkan kedudukan pihak yan telah melaksanakan kewajibannya sebagai orang atau pihak yang harus dilindungi dari adanya tuntunan atau gugatan terhadapnya, apabila ia telah melaksanakan kewajibannya dengan baik
  3. Aspek pembatasan hukum, yang membatasi dan menjaga agar pelaksanaan kewajiban oleh setiap pihak yang bersangkutan jangan sampai kurang dari batas minimalnya sehingga menimbulkan kerugian bagi pihak lain.
  4. Aspek pengecualian hukum, yang merupakan suatu aspek yang memuat pertimbangan “jiwa hukum” dalam menghadapi pelaksanaan kewajiban oleh seseorang atau suatu pihak yang tidak memadai.

Aristoteles megnatakan bahwa warga negara yang bertanggungjawab adlah warga negara yang baik, sedangkan warga negara yang baik ialah warga negara yang memiliki keutamaan (exellence) atau kebajikan (virtus) selaku warga negara berkaitan dengan keutamaan atau kebajikan itu. Plato mengmukakan ada empat keutamaan aau kebajikan yang dihubungkan dengan tiga bagian jiwa manusia. Keempat kebajikan itu ialah Pengendalian diri (temperance) yang dihubungkan dengan nafsu, keperkasaan (fortitude) yang dihubungkan dengan semangat (Thomas), kebijaksanaan atau kearifan yang dihubungkan dengan akal (nous), dan keadilan yan gdihubugkan dengan ketiga bagian jiwa manusia itu (Rapaar.1993)
Warga negara yang bertanggungjawab (civic responsibility) berupanya seoptimal mungkin untuk melaksanakan dan menggunakan hak dan kewajibannya sesuai dengan ara menurut aturan-aturan yang berlaku. Dalam melaksanakan tanggungjawab sebagai warga negara, di pandang penting untuk diketahui ruang lingkup tanggungjawab yang harus diemban dan dilaksanakan setiap warga negara tersebut, meliputi :
(1)   Tanggungjawab terhadap Tuhan YME,
(2)   Tanggungjawab sosial (social responsibility)
Seperti tanggungjawab terhadap diri masyarakat, tanggungjwab terhadap lingkungan, tanggungjawab terhadap bangsa dan negara. Masing-masing tanggungjawab tersebut akan dijelaskan berikut ini :

B.     Tanggungjawab Warga Negara Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Sesuai dengan pancasila Sila Pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Es, dan UUD 1945 Pasal 29 (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa; (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap Penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.
Tanggungjawab warga negara terhadap Tuhannya diwujudkan dengan beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing yang dimanifestasikan dalam bentuk perilaku yang dipancari keimanan dan ketakwaan terhadapNya, seperti dalam berhubungan atau berinteraksi sesama warga negara dalam kehidupan masyarakat.
Dengan demikian, perwujudan tanggungjawab warga negara terhadap Tuhan Yang Maha Esa antara lain dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.      Mensyukuri nikmat yang telah dikaruniakanNya kepada kita semua
2.      Beribadah kepada Tuhan YME sesuai denan keyakinan dan kepercayaan yang dianut masing-masing
3.      Melaksnakana segala perintahNya serta berusaha menjauhi atau meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Tuhan YME.
4.      Menuntut ilmu dan menggunakannya untuk kebaikan (kemaslahatan) umat manusia sebagai bekal kehidupan baik di dunia maupun di akhirat kelak
5.      Menjalin tali silaturahmi atua persaudaraan guna mewujudkan kehidupan masyarakat yangmana, tentram, damai dan sejahtera.

C.     Tanggungjawab Warga Negara terhadap Masyarakat
Setiap individu warga negara hidup di tengah-tengah masyarakat dan keberadaannya tidak dapat dilepaskan dari masyarakat Frans Magnis Suseno (1993) bahkan pernah mengatakan bahwa kebermakanaan manusia itu jika ia hidup di masyarakat.
Sebagai anggota masyarakat setiap individu mempunai tanggungjawab, antara lain diwujudkan dengan sikap dan perilaku sebagai berikut :
  1. Memelihara ketertiban dan keamanan hidup bermasyarakat
  2. Menjaga dan memelihara rasa persatuan dan kesatuan masyarakat
  3. Meningkatkan rasa solidaritas sosial sebagai sesama anggota masyarkat
  4. Menghapuskan bentuk-bentuk tindakan diskriminatis dalam kehidupan di masyarakat untuk menghindri disintegrasi masyarakat, bangsa dan negara.

D.    Bertanggungjwab Warga Negara terhadap Lingkungan
Hubungan manusia dengan alam sangat erat dan tidak dapat dipisahkan keduanya. Manusia membutuhkan lingkungan untuk kelangsungan hidupnya, sementara itu lingkungan memerlukan manusia untuk pemeliharaannya. Dalam kaitan ini Sumaatmadja (1998) mengatakan manusia dengan alam, ada dalam konteks keruangan yang saling mempengaruhi. Kadar saling pengaruh tersebut sangat dipengaruhi oleh Tingat Penguasaan Manusia terhadap Ilmu Pengetahuan dna Teknologi (IPTEK).
Setiap warga negara dipundaknya terpikul tanggungjawab yang tidak ringan dalam hubungannya dengan pengelolaan dan Pemanfaataan lingkungan alam tersebut, antara lain dapat diwujurkan dengan contoh sikap dan perilaku sebagai berikut :
  1. Memelihara kebersihakn lingkungan, seperti tidak membuang sampah sembarangan
  2. Tidak mengeksploitasi alam secara berlebihan, mengingat keterbatasan sumber daya alam yang ada.
  3. Menggunakan teknologi yang ramah lingkungan cenvironment friendly agar kebersihan dan keasrian lingkugan tetap terjaga dengan baik
Dengan melaksanakan tanggungjawab tersebut dengan penuh tanggungjawab dan konsisten maka diyakini kehidupan masyarakat akan berjalan secara tertib, aman, damai, serta penuh dinamika.

E.     Tanggungjwab Warga Negara Terhadap Bangsa dan Negara
Ada ungkapan sederhana namum saraat dengan makna, yaitu “Maju mundurnya suatu bangsa sangat tergantung kepada tanggungjawab warga negaranya”
Tanggungjawab warga negara terhadap bangsa dan negaranya dilaksanakan dengan cara mengaktualisasikan hak dan kewajibannya sebagai warga negara sebagia mana dituangkan dalam landasan konstitusional negara kita, yakni undang-undang Dasara 1945.
Oleh karena dapat ditegaskan bentuk-bentuk sikap dan perilaku warga negara yang mencerminkan perwujudan tanggungjawab terhadap negara dan bangsa yaitu sebagai berikut :
  1. Memahami dan mengamalkan ideologi nasional kita, yakni Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai bidang kehiudpan seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan
  2. Manjaga dan memliahra nama baik bangsa dan negara di mata dunia internasional sebagai bangsa dan negara yang merdeka, berdaulat, berperadaban dan bermartabat
  3. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan menghindari sikap dan perilaku yang diskriminatif
  4. Membina solidaritas sosial sebagai sesama warga negara Indonesia
  5. Meningkatkan wawasan kebangsaan agar senantiasa terbina rasa kebangsaan, paham kebangsaan dan semangat kebangsaan pada setiap diri warga negara.