- PROGRESIVISME
- Latar Belakang
Progresivisme
adalah gerakan pendidikan yang dilakukan oleh suatu perkumpulan yang
dilandaskan konsep – konsep filsafat tertentu, dan sangat berpengaruh dalam
pendidikan bangsa amerika pada permulaan abad kedua puluh. Perkumpulan
pendidikan Progresivisme ( the progressivisme education association ) didirikan
pada tahun 1918, selama dua puluh tahun lebih Progresivisme merupakan “ jiwa” yang
merasuki pendidikan bangsa Amerika.
Progresivisme
memberikan perlawanan terhadap formalisme yang berlebihan dan membosankan dari
sekolah atau pendidikan yang tradisional. Progresivisme anti terhadap
otoritarianisme danabsolutisme dalam berbagai bidang kehidupan, terutama dalam
bidang kehidupana agama, moral, sosial, politik dan ilmu pengetahuan. Karena
itu progresivisme menyampaikan seruan pada para guru “ We all desire progress
and hope for progress ran high immediately after the first world war “. Progresivisme
melancarkan suatu gerakan untuk perubahan sosial dan budaya dengan penekanan
pada perkembangan individual danmencakup cita – cita, seperti cooperation,
yaitu kerja sama dalam berbagai aspek kehidupan, sharing yaitu berbagai peran
dan turut ambil bagian dalam berbagai kegiatan, dan adjustment yaitu fleksibel
untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi. Sebab itu progresivisme makin populer,
banyak guru di Amerika pada saat itu menjadi pendukungnya.
Pada awal tahun
1944 the Progresivisme Education Association diusulkan untuk berubah nama
menjadi The American Educatoin Fellowship. Progresivisme mengalami kemunduran
setelah Uni Soviet meluncurkan Sputnik. Namun demikian, gerakan ini tidaklah
mati sebab masih terus dilanjutkan melalui kerja individual oleh para
pendukungnya seperti dilakukan oleh, George Axtelle, William O Stanley, Ernest
Bayles, Lawrence G Thomas dan Frederich C Neff.
- filsafat pendukung yang melandasi
Progresivisme
didukung atau dilandasi oleh filsafat Pragmatisme dari John Dewey ( 1859 – 1952
). Dewey memang merupakan orang yang paling dikenal mempengaruhi danberperan
dalam rangka pendirian serta perkembangan progresivisme. Konsep – konsep yang
melandasi Progresivisme bahkan berasal dari para filsuf yagn hidup pada zaman
Yunani Kuno dan para filsuf lainya yang hidup kemudian sepeti, Heraklitos ( 536
– 470 SM ), Socrates ( 470 – 399 SM ), Phitagoras ( 480 – 410 SM ), W. James (
1842 – 1910 ), Francis Bacon ( 1561 – 1626 ), Jean Jacques Rousseau ( 1712 –
1778 ), Immanuel Kant ( 1724 – 1804 ), Hegel ( 1770 – 1831 ). Selain iut tokoh
– tokoh pelopor bangsa Amerika seperti Benjamin Franklin, Thomas Paine dan
Thomas Jefferson pun telah memperngaruhi perkembangan Progresivisme.
- pandangan otologi
- Evolusionistis dan pluralistis
Progresivisme bersifat anti metafisika. Alam
semesta yang disebut dunia memangdiakui adanya sebagai suatu realita, tetapi
halini tidak dipandang sebagai suatu yang bersifat substansial. Ralita tidak
ditafsirkan sebagai spirit atau ide atau atom atau tanah yang tergolong ke
dalam doktrin metafisika, melainkan ditafsirkan sebagai suatu kenyataan di mana
manusia berada, hidup dan proses kehidupan terus berlangsung. Progresivisme
memandang eksistensi alam atau dunia dari sudut prosesnya. Sejalan dengan ini
menurut Progresivisme tidak ada realitas yang umum, yagn ada hanyalah realitas
khusus atau individual. Realitas tersebut diyakini tidak menetap alias selalu
dalam proses perubahan. Implikasinya, realitas tidaklah kekal, tidak lengkap,
dan tidak mempunyai kepastian. Realitas pada dasarnya pluralistis dan karena
terus berubah maka ia memiliki akhir dalam proses perubahannya sendiri.
- manusia
progresivisme memandang manusia sebagai subjek
yang bebas dan memiliki potensi inteligensi ( akal dan kecerdasan ) sebagai
instrumnen untuk mampu menghadapi dan memecahkan berbagai masalah sehingga ia memiliki kemampuan untuk menghadapi dunia
dan lingkungan hidupnya yang multikompleks, berubah dan berkembang. Intelegensi
adalah alat untuk hidup, untuk kesejahteraan, untuk mengembangkan kepribadian manusia.
Manusiaberinteraksi dengan lingkungannya, keduanya
saling mempengaruhi dalam proses perubahan, perkembangan. Dalam evolusinya manusia
harus berjuang untuk tetap survive.
- pengalaman sebagai realitas
pengalaman adalah ciri dinamikahidup, sedangkan
hidup adalah perjuangan pula, tindakan dan perbuatan oleh sebab itu maka
pengalaman adalah perjuangan pula. Manusia sebagaimana juga makhluk –makhluk
lain, akan tetap hidup dan berkembang jika ia mampu berjuang mengatasi tantangan
dan masalah yang datang silih berganti dalam proses perubahan yang terus
terjadi. Asas ontologi ini
jelas didasarkan atas pengalaman karena itu jelas bersumber dari teori evolusi.
Pengalaman manusia mempunyai empat karateristik
yaitu :
- pengalaman itu spatial : pengalaman selalu terjadi di suatu tempat tertentu dalam lingkungan hidup manusia.
- pengalaman itu temporal : sebagaimana alam, kebudayaan, pengalaman pun selalu mengalami perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu.
- pengalaman itu dinamis : hidup selalu dinamis menuntut adaptasi dan readaptasi dalam semua variasi perubahan yang terjadi terus – menerus. Realita itu menuntut tindakan – tindakan dinamis yang bersifat alternatif – alternatif.
- pengalaman itu pluralistis : pengalaman itu terjadi selua adanya hubungan dan antaraksi dalammana individu terlibat. Demikian pula subjek yang mengalami pengalaman itu, menangkapnya dengan seluruh kepribadiannya dengan rasa, karsa, pikiran dan panca indranya masing – masing sehingga pengalaman itu memang bersifat pluralistis.
- pengalaman dan pikiran
manusia memiliki fungsi – fungsi jiwa yang dikenal
sebagai pikiran ( mind ) sehingga ia mempunyai berbagai potensi intelegensi,
sepeti kecerdasan, kemampuan mengingat, imajinasi, memnuat lambang atau simbol
– simbol, menghubung – hubungkan, merumuskan, memecahkan masalah, membuat
gambaran masa depan. Semua itu memberikan kemungkinan ia dapat berkomunikasi
atauberhubungandengan orang lain dan lingkungan lain yang lebih luas.
Pikiran bukan suatu entity tersendiri, demikian
pula pengalaman, melainkan terintegrasi dalam kepribadian. Terdapat kesatuan pikiran dengan
pengalaman,adapun satunya pikiran dengan pengalaman adalah dalam perbuatan
praktis.
- pandangan epistemologi
- sumber pengetahuan
progresivisme mengajarkan bahwa pengetahuan dapat diperoleh
melaui pengalaman dimana manusia kontak langsung dengan segala realita dalam
lingkungan hidupnya atau juga melaui pengalaman secara tidak langsung.
Proses memperolehtahu dalam pengalaman manusia
dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu immediate – experience dan mediate –
experience. immediate – experience yaitu ketika seorang memperoleh tahu dalam
keadaan relaks, tenang, tanpa beban psikologis. Sedangkan mediate – experience yaitu ketika seorang
menjebatani antara keadaan kehilangan keseimbangan karena adanya masalah dengan
adanya keseimbangan karena terpecahnya masalah.
penjelasan tentang essensialisme ny donk kak.. :)
ReplyDeletePenjelasan tentang essensialisme ny donk kak.. :)
ReplyDelete