A.
PERSPEKTIF
GLOBAL DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi dewasa ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi, telah
menyebabkan dunia ini semakin mengecil dan membentuk seperti sebuah desa dunia.
Sehingga terasa tanpa batas atau disebut globalisasi. Pada modul yang lalu
sedikit gambaran mengenai globalisasi yang diartikan sebagai suatu proses
perubahan antar negara, antar bangsa dan antar budaya tanpa mengenal batas
geosiosial politik atau geanasional idiologis. Seluruh dunia menjadi satu dan
saling berkaitan dengan erat tanpa mengenal batas-batas yang jelas, apapun
sifat batas-batas terseut. Selain itu, globalisasi menyangkut kesadaran bahwa
dunia ini adalah suatu tempat, milik besama umat manusia. Dunia ini merupakan
seuah lingkungan yang terbangun secara berkelanjutan, atau sebagai suatu proses
dimana hambatan-hambatan geografis berkaitan dengan peraturan-peraturan sosial
dan budaya semakin surut. Untuk itu diperlukan upaya-upaya untuk mempersiapkan para siswa sekolah dasar sejak
dini guna memasuki zaman global yang menuntut kemampuan-kemampuan khusus. Yang
nantinya akan menjadi pelaku-pelaku utama pada zaman yang penuh dengan
persaingan tersebut. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiba para guru untuk
memberikan bekal kepada mereka agar bisa hidup (survei) di masa itu. Salah satu
upaya untuk mempersiapkan sisiwa memasuki zaman global tersebut , yaitu dengan
mengembangkan kurikulum sekolah dasar yang memuat perspektif global.
Ide mengenai perspektif global ini
bermula dari negara Amerik Serikat sejak tahun 1950-an, dan perkembangannnya
sangat pesat terjadi pada tahun 1970-an dimana perspektif global harus
diajarkan di sekolah-sekolah di SD. Sebenarnya, perspektif global ini merupakan
bagian dari ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan kesadaran sebagai warga negara dunia yang berpartisipasi secara
aktif.
Dalam kegiatan pengembangan kurikulum
sekolah dasar, ide tentang perspektif globa ini dimunculkan untuk memberikan
wawasan kepada para sisiwa dalam menghadapi kehidupan di masa mendatang yang
diwarnai dengan adanya kemajuan-kemajuan dalam bidang teknologi informasi yang
menyebabkan dunia ini mengecil cakupannya membentuk sebuah desa dunia. Pengaruh
kemajuan teknologi informasi dan transportasi saat ini memungkinkan orang bisa
saling berkomunikasi kapan saja dan dengan siapa saja, misalnya melalui telepon
dan surat elektronik (email) kita dapat pula mengetahui peristiwa di belahan
dunia mana saja hanya dengan menonton siaran televisi.
Kurikulum yang bercorak
perspektifglobal adalah kurikulm yang juga memuat wawasan global, bukan hanya
nasinal ataupun lokal. Kurikulum tersebut haus mampu membawa siswa untuk
berpikir global dalam arti siswa mampu mengumpulkan informasi sebanyak mungkin
dan informasi terseut dapat digunakan sebagai pajangan yang mengarahkan mereka
menjadi warga negara yang produktif dan menjadi insan yang mempunyai kepedulian
sosial terhadap orang lain di sekitarnya mampu bekerja sama, saling ketergantungan
secara harmonis.
B.
MODEL-MODEL
KURIKULUM UNTUK ABAD KE-21
Dalam dunia pendidikan kita dewasa
ini, perlu dikaji beberapa kemungkinanan modal kurikulum yang bisa diterapkan
di sekolah dasar sebagai upaya untuk mencari pendekatan pemecahan masalah
pendidikan, khususnya masalah pengembangan kurikulum sekolah dasar yang lebih
cocok diterapkan pada era sekarang dan masa datang. Di sini kita akan
diperkenalkan dengan tiga model kurikulum yang bisa diterapkan di sekolah dasar
masa depan. Agar kita dapat memutuskan model kurikulum mana yang cocok
diterapkan disekolah dasar tempat anda bertugas.
1. Model
kurikulum berbasis kompetensi
Model
kurikulum berbasis kompetensi sebenarnya sudah berkembang sejak lama dan
merupakan pengaruh daari munculnya pendidikan berdasarkan kompetensi yang
menekankan pada pengembangankemampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu
sesuai dengan standar performans yang telah ditetapkan. Pada tahun 1970-an
konsep pendidikan berdasarkan kopetensi (PBK) atau campetency-based education
(CBE) mulai banyak digunakan di dunia pendidikan.
Model
kurikulum yang diterapkan dalam proses pendidikan di negara kita pada semua
jenjang pendidikan, yaitu kurikulum KBK. Model kurikulum tersebut dibutuhkan di
masa mendatang dengan harapan akan mampu membekali para siswa dalam menghadapi
tantangan hidupnya di kemudian hari secara mandiri, cerdas kritis, rasinal dan
kreatif. Kompetensi-kompetensi yang dikembangkan dalam kurikulum tersebut
diarahkan untuk memberikan bekal keterampilan hidup di era globalisasi yang
penuh dengan perubahan, pertentangan, ketidakmenentuan, ketidak pastian dan
kerumitan –kerumitan dalam kehidupan.
2. Model
kurikulum berbasis masyarakat
Pendidikan
pada dasarnya merupakan upaya mengembangkan manusia yang memiliki karakteristik
dan sifat-sifat yang diperlukan baik oleh dirinya sebagai pribadi maupun oleh
masyarakatnya. Menurut S. Hamid Hasan (2000) mengatakan bahwa pemahaman dan
proses pengembangan diri di kelas, lingkungan sekolah dan lingkungan lainnya
sangat ditentukan oleh pengetahuan dan kepribadian dasar yang terbentuk oleh
budaya yang ada dilingkungan masyarakat di mana siswa itu berada.
Salah
satu ciri masyarakat adalah selalu berkembang, perkembangan masyarakat
dipengaruhi oleh falsafah hidup, nnilai-nilai iptek, dan kebutuhan yang ada
dalam masyarakat untuk terciptanya proses pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan masyarakat maka diperlukan rancangan berupa kurikulum yang
landasan pengembangannya memperhatikan faktor perkembangan masyarakat.
Kurikulum
berbasis masyarakat bisa dikembangkan
baik dalam lingkup nasinal, regional, maupun lingkup lokal oleh guru di
sekolah. Apabila kurikulum itu dikembangkan oleh guru tanpa kaitan dengan
kurikulum manapun, maka guru tersebut melakukan pendekatan pengembagnan
kurikulum yang bersifat grass-root. Ciri utama kurikulum berbasis masyarakat
yaitu keterkaitan berbagai komponen kurikulum dengan berbagai aspek dan dimensi
kehidupan masyarakat, baik dalam bentuk kurikulum sebagai dokumen/rencana
tertulis maupun dalam bentuk proses pembelajarannya. Tujuan yang ingin dicapai
kurikulum, yaitu manusia yang memiliki kualitas yang diperlukan untuk
pelestarian dan pengembangan kehidupan masyarakat.
Dalam
satu tulisan yang cuku monumental, John D. MC. Neil (1990) mengemukakan model
kurikulum yang lebih memusatkan perhatiannya pada problem-problem yang dihadapi
siswa dalam masyarakat, model kurikulum terseubt dinamakan model kurikulum
rekonstruksi sosial (social reconstruksional)
3. Model
Kurikulum Konstruktivistik
Model
kurikulum ini dilatarbelakangi oleh munculnya filsafat pengetauhan yang banyak
mempengaruhi perkembangan pendidikan (terutama sains dan matematika) yaitu
filsafat konstruktivisme. Aliran filsafat ini menekankan bahwa pengetahuan
adalah hasil konstruksi (buatan) manusia. Dalam filsafat konstruktuivisme,
pengetahuan tidak dapat ditransfer bigut saja dari seorang kepada yang lainnya,
tetapi harus diinterprestasikan sendiri oleh masing-masing orang. Setiap orang
harus mengkonstruksi pengetahuannya masing-masing orang dan setiap orang harus
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah
jadi melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus.
Dalam
proses itu keaktifan seseorang yang ingin tahu amat berperan dalam perkembangan
pengetahuannya. Pengetahuan tidak lepas dari subjek yang sedang belajar,
pengetauhan lebih dianggap sebagai proses pembentukan (konstruksi_ yang terus
menerus, berkembang dan berubah. Teori yang dulu dianggap sudah kuat an tetap,
bisa saja berubah karena tidak lagi dapat memberikan penjelasan yang memadai.
Menurut
Driver dan Belll (Suparna, 1997), ilmu pengetahuan bukanlah hanya kumpulan
hukum atau daftar fakta, tetapi merupakan ciptaan pikiran manusia dengan semua
gagasan dakonsepnya yang ditemukan secar abebas dalam kurikulum ini kurikulum
bukan kumpulan bahan yang sudah ditentukan sebelumnya untuk diajarkan,
melainkan lebih sebagai suatu persoalan yang perlu dipecahkan oleh para siswa
untuk lebih dimengerti.