Wednesday, May 14, 2014

Perkembangan Sosial, Moral dan Sikap


A. PERKEMBANGAN SOSIAL
     Bertalian dengan perkembangan social anak, peranan orang tua sangat penting, terutama dalam mengembangkan keterampilan bergaul bagi anak. Oleh karena itu selain memberi anak kepercayaan dan kesempatan, orang tua juga diharapkan dapat memberi perguatan melalui pemberian ganjaran atau hadiah pada saat anak berprilaku positif. Sebaliknya orang tua juga berkewajiban memberi hukuman kepada anak apabila anak bertingkah negative atau melakukan berbagai kesalahan.

1. Ganjaran atau Hadiah
      Ganjaran atau hadiah ialah berbagai bentuk apresiasi atau penghargaan terhadap suatu prestasi yang telah dicapai oleh suatu atau sekelompok anak dalam aktifitas tertentu. Pada umumnya hadiah atau ganjaran diberikan setelah anak mencapai prestasi atau menghasilkan sesuatu yang dapat dibanggakan baik oleh teman, guru, orang tua, dan dirinya sendiri.
       Terdapat tiga fungsi hadiah yang amat penting dalam pendidikan, yaitu:
a. Memiliki nilai pendidikan
Di samping merupakan suatu benda nyata, hadiah juga mempunyai makna, anak akan  segera mengetahui apabila dia menerima hadiah dari orang tua atau guru, ia dapat menginteprestasikan bahwa dia telah dapat berbuat baik yang dapat menyenangkan orang tua dan gurunya.
b. Memberikan motivasi kepada anak
Fungsi kedua hadiah adalah agar dapat memberikan motivasi kepada anak untuk mau mengulangi perilaku yang dapat diterima bahkan dapat ditingkatkan lebih baik lagi. Di samping itu hadiah juga dapat mendorong anak untuk mendorong anak untuk mencapai prestasi lebih tinggi lagi.
c. Memperkuat perilaku
Hadiah yang diberikan kepada anak juga berfungsi untuk memperkuat perilaku anak yang dapat diterima lingkungannya. Ini berarti menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri dan pemahaman bahwa sesuatu yang dilakukan tersebut betul dan diakui kebenarannya oleh lingkungan setempat.  

2. Hukuman
      Hukuman merupakan sanksi fisik maupun psikis terhadap suatu kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan oleh anak dengan sengaja. Dalam hubungan ini sukar menentukan suatu kesalahan yang dibuat oleh anak kecil, apakah kesalahan atau pelanggaran tersebut dilakukan dengan sengaja atau tidak.

a. Fungsi Hukuman

1) Fungsi Restriktif
    Dengan diberikannya suatu hukuman terhadap anak, ini berarti bahwa pengulangan perilaku yang tidak diharapkan dalam masyarakat tidak akan terjadi lagi, sebab apabila
seorang anak pernah membuat kesalahan dan menerima hukuman, maka diharapkan     bahwa pada kesempatan lain dia tidak akan berbuat serupa.

2) Hukuman sebagai fungsi pendidikan
Tindakan orang tua yang paling utama adalah memberikan penjelasan kepada anak tentang pemahaman adanya peraturan yang berkaitan dengan perbuatan salah atau benar. Apa bila anak berbuat salah orang tua harus segera menegur dan menjelaskan mengapa perbuatan tersebut salah, selanjutnya diberitahukan bagai mana seharusnya tindakan itu benar.

3. Hukuman sebagai penguat motivasi
    Hukuman yang diberikan kepada anak dapat berfungsi memperkuat motivasi terutama bertalian dengan perilaku yang bersifat negative yang tidak diharapkan orang tua maupun gurunya. Sebaiknya pemberian hukuman disamping dimarahi juga sekaligus diberikan pengarahan atau nasihat yang dapat merupakan “ hadiah’’ moril dan motivasi bagi anak untuk dapat berperilaku sesuai yang diharapkan.

b. Syarat-syarat Hukuman
1.    Sebaiknya hukuman segera diberikan kepada anak yang membuat kesalahan da mendapat hukuman
2.    diberikan secara konsisten , dalam arti untuk pelanggaran tertentu telah “ dipersiapkan’’ jenis hukumannya.
3.    hokum yang diberikan harus bersifat kostruktif. Tujuan pemberian hukuman tersebut adalah untuk membina dan mengadakan perubahan perilaku anak.
4.    hukuman yang diberikan bersifat impresional. Hukuman yang diberikan jangan ditujukan pada pribadi anak, akan tetapi untuk mengubah perilaku anak dengan maksud tidak mengulangi perbuatan yang salah tersebut dikemudian hari.
5.    dalam memberi hukuman harus disertai alas an.
6.    hukuman juga dapat dipergunakan sebagai alat mengembangkan hati nurani anak, sehinggadapat mengembangkan kontrol dari dalam dirinya sendiri.
7.    hukuman diberian pada tempat dan waktuyang tepat, sehingga anak tidak merasa malu terhadap teman atau kelompoknya.

B. PERKEMBANGAN MORAL DAN SIKAP

Beberapa proses pembentukan perilaku moral dan sikap anak
1.    Imitasi ( Imitasion )
      Imitasi berarti peniruan sikap, cara pandang, serta tingkah laku orang lain yang dilakukan dengan sengaja oleh anak. Pada umumnya anak mulai mengadakan imitasi  atau peniruan sejak usia 3 tahun, yaitu meniru perilaku orang lain yang ada disekitarnya. Anak perempuan meniru ibunya, kakak perempuan atau orang lain di rumah, demikian juga anak laki-laki. Menurut hasil penelitian psikologi, berdasarkan tes psikologi yang diberikan pada anak, dinyatakan bahwa secara nyata, anak yang menolak orang tuanya memang tidak meniru perilaku orang tuanya akan tetapi dengan tanpa disadarinyaanak meniru sikap orang tuanya yang dapat mempengaruhi perilaku anak tersebut.


2. Internalisasi

      Internalisasi adalah suatu proses yang merasuk pada diri seseorang ( anak ) karena     pengaruh sosial yang paling mendalam dan paling langgeng dalam kehidupan orang tersebut.

3.   Introvert dan Ekstrovert
     Introvert adalah kecenderungan seseorang menarik diri dari lingkungan sosialnya. Minat, sikap atau keputusan – keputusan  yang diambil selalu berdasarkan pada perasaan, pemikiran dan pengalamanya sendiri.
     Sebaliknya ekstrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya, sehingga segala minat, sikap, dan keputusan-keputusan yang diambil lebih banyak ditentukan oleh orang lain atau berbagai  peristiwa  yang terjadi diluar dirinya.

4.    Kemandirian
Dalam pengertian umum kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain baik dalam bentuk material maupun moral. Sedangkan pada anak pengertian kemandirian sering di kaitkan dengan kemampuan anak untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan kekuatan  sendiri tanpa bantuan orang dewasa..
Dasar kemandirian adalah adanya rasa percaya diri seseorang untuk menghadapi sesuatu dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada anak rasa percaya dira ini selalu berkembang sesuai dengan bertambahnya usia dan pengalaman serta bimbingan dari orang dewasa, antara lain guru, orang tua, kakak dan orang lain yang ada disekitarnya.

5.  Ketergantungan
Anak usia 6 – 12 tahun karena kebutuhan hidupnya sangat tergantung pada orang tua atau orang dewasa lain, terutama yang masih ada hubungan keluarga, misalnya kakak kandung, atau orang lain yang tinggal satu rumah dengannya. Tetepi karena bertambahnya usia dan perkembangan jasmani rohaninya, ketergantungan tersebut makin berkurang dan timbulah rasa ingin mandiri.
Ketergantungan atau overdependency, ditandai dengan perilaku anak yang bersifat ’’ke kanak-kanakan ’’ perilakunya tidak sesuai dengan anak lain yang sebaya usianya.

6.  Bakat
     Bakat atau aptitude merupakan potensi dalam diri seseorang yang dengan adanya rangsangan tertentu memungkinkan orang tersebut dapat mencapai sesuatu tingkat kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus yang sering kali melebihi orang lain. Misalnya seseorang yang memiliki bakat menulis sehingga dapat menyusun berbagai cerita yang menarik.
     Menurut ilmu pengetahuan terdapat dua jenis bakat yang dimiliki dan dapat dikembangkan, yaitu :
a.    Bkat yang bertalian dengan kemahiran atau kemampuan mengenai sesuatu bidang pekerjaan khusus. Contonya : berdagang, menulis dll
b.    Bakat yang diperlukan untuk berhasil dalam tipe pendidikan khusus, misalnya bakat melihat ruang ( dimensi ) yang diperlukan oleh orang arsitek. Bakat semacam ini disebut juga scholastic  aptitude

No comments:

Post a Comment